Kamis, Desember 04, 2008

Hei...aku menangis

Jika hati manusia seluas samudra tentunya ada banyak tempat di sana, tempat untuk memaafkan, tempat untuk kebahagian, tempat untuk kebencian, tempat untuk kasih sayang, hanya saja porsi dari setiap tempat itu yang berbeda, ada yang mendapat kavling sangat luas adapula yang hanya mendapatkan seruas tempat yang bahkan kadang-kadang tergusur hilng hingga lenyap.

Manusia dilahirkan dengan daya tahan berbeda, ada yang akan sangat tersakiti dengan sesuatu yang dipandang amat sepele oleh orang lain, namun ada pula yang tetap tabah mengahadapi aneka persoalan yang membuat kening sebagian orang berkerut, mencoba mencari jawab tentang ketabahan hati yang dimilikinya.

Jikalau saja manusia menyadari bahwa seseorang dilahirkan dengan keunikannya masing-masing, tentunya seseorang ankan sedikit berhati-hati dalam memperlakukan seseorang, dosis yang yang ia berikan pada seseorang tidak dapat ia pukul rata pada orang lain, dengan kehati-hatian semacam itu tentunya akan terminumalisirlah orang-orang yang membutuhkan antibiotik untuk mengobati luka hati yang kerap membutuhkan waktu yang lama untuk di sembuhkan.

Dunia ini ternyata begitu beraneka, banyak warna yang Tuhan guratkan,dengan warna-warna itulah Tuhan mengambarkan keindahan yang tak semua hati manusia dapat menangkapnya, terkadang butuh stimulus lebih untuk menyampaikan bahwa aneka warna itu adalah keidahan. Bayangkan jika Tuhan hanya mencipatakan dunia hanya dengan satu warna (walaupun itu warna favoritmu), tentunya akan sulit untukmu menetukan pilihan dan perbandingan akan keindahan.

Namun terkadang amat sulit mengkompromikan anatara kemauan hati dan keinginan otak, selalu saja menginginkan Dunia hanya dalam warna yang indah menurut sudut padang diri sendiri, walaupun sudah banyak yang yang berkata bahwa kita dapat mengetahui seseorang itu baik setelah melihat bahwa ada banyak orang jahat di sekitar kita, walaupun tidak selalunya begitu, namun hitam putih merupak contoh tersimpel untuk orang-orang yang hatinya amat sulit menerima kelamnya sang hitam tengah ia jalani.

Tuhan….
Maaf aku tak dapat membangun sebuah ruang di hatiku, untuk sebuah kata Maaf, maafkan segala keangkuhanku, hanya aku juga tersakiti karena tak pernah mampu memberi maaf.

Tuhan….
Kuharap, kupinta dan kumohon bersihkan hatiku dari debu ini, ajari aku menjadi Mahluk yang baik, yang mampu mengalirkan ribuan maaf.

Ah….sungguh aku bukan manhluk yang baik, bukan pula mahluk yang sempurna, hanya sepotong hatiku yang amat sangat angkuh untuk melihat bahwa akupun mungkin membutuhkan sepotong maaf dari orang yang tak mampu ku maafkan karena aku tak mampu memberinya senuah kata maaf.



1 komentar:

Fatiya Hanifa mengatakan...

:-) Perempuan itu pada dasarnya sama saja, perempuan tetaplah perempuan, sepotong tulang rusuk yang itu pun bengkok. Jika ia terlihat tegar... barangkali karena ia terlalu pandai menyembunyikan rasa, di luar itu mungkin ia memilih memasrahkan segalanya kepada Pengatur Maha Sempurna dan tak ingin memikirkannya. Membiarkan deras hatinya menjadi jernih suatu ketika ketika menemui muaranya, "Allah" saja katanya. Tulisannya makin keren hen... diksinya bagus.