Ada banyak hal yang membuat kita terkejut, di hari-hari yang kita lalui dalam hidup, terkadang adegannya membuat kita terheran-heran, mengapa kita bisa terjebak dalam kondisi yang demikian rumit, namun di satu sisi akan terbangun suatu pengetahuan tentang suatu hal yang amat asing, hal itu juga terkadang membangun suatu kesadaran bahwa tentang mengadalkan kekuatan dan kemapuan diri sendiri untuk bertahan di segala cuaca adalah suatu keharusan tak peduli seberapa banyak garda pelindung kita yang rela melakukan banyak hal untuk kita setiap saat rengekan butuh petolongan datang.
Di hari Ibu aku berjanji pada diriku, pada seluruh hari yang tersisa, bahwa tiada lain penolong setiaku hanyalah diriku sendiri dan Tuhan yang Maha Kasih, jika suatu saat kesulitan itu berkunjung, ku mohon jauhkan seluler kesayanganku itu dariku, jangan biarkan aku menghubungi seseorang yang yang ka anggap memiliki kemapuan melebihi diriku untuk datang membantuku, karena jika tak seorangpun datang aku akan jadi mahluk yang semakin bodoh, tak punya waktu untuk berpikir mencari solusi sendiri, hanya berpikir selalu mencari pertolongan dan sekali lagi kecewa kan bersarang.
Pada hari Ibu aku tersadar, bahwa hidup pada dasarnya adalah kesendirian, sekitar hanyalah aksesosis yang jangan pernah terlalu berharap akan memperindah kesendirian itu, dan dengan mengenang hal itu air mataku tak tumpah ketika melihat orang yang paling kucintai terbaring lemah di ranjang putih rumah sakit, sementara sang Aveo tak mau berkompromi denganku, ia bermasalah untuk yang pertama kali namun bertepanan dengan saat kesendirian, tanpa ada satupun tempat meminta pertolongan, aku berusaha untuk tersenyum, berusaha mengatasi semuanya sendiri.
Aku menyetir Aveoku dalam diam, melarikannya dengan kecepatan maksimum dan kehati-hatian ekstra agar tak ada satu getaranpun yang akan semakin menmbah rasa sakit di tubuh letih orang yang paling ku cintai. Samar ku lihat senyumnya, aku tau ia ingin sekali bertanya kemana kecenganganku selama ini? Tapi ia urungkan semua tanya di hatinya menghargai keberanianku kali ini.
Ternyata aku bisa melalui semua ini dengan baik, Tuhan membuatnya terasa ringan dan cepat berlalu, bahkan aku bisa tersenyum manis membawa bunga peringatan hari ibu, senyuman yang kupakai untuk memupus seluruh kesedihanku pagi ini, Terimakasih Tuhan telah tunjukan padaku bahwa tak semua yang terlihat adalah kenyataan, dan hal itu terbukti dengan telepon yang tak berbalas setelah mendengar aku terjebak dalam salah satu skenario hidup yang bernama kesulitan.
Cinta…
Semua rintangan dapat kuatasi dengan cintamu, aku tak butuh pertolongan siappun jika ada cintamu, seberapa sulitpun kakiku melangkah aku pasti akan menyusuri hidupku hingga tuntas. Sekali lagi hanya perlu kau dan keluarga kecil kita.
Di hari Ibu aku berjanji pada diriku, pada seluruh hari yang tersisa, bahwa tiada lain penolong setiaku hanyalah diriku sendiri dan Tuhan yang Maha Kasih, jika suatu saat kesulitan itu berkunjung, ku mohon jauhkan seluler kesayanganku itu dariku, jangan biarkan aku menghubungi seseorang yang yang ka anggap memiliki kemapuan melebihi diriku untuk datang membantuku, karena jika tak seorangpun datang aku akan jadi mahluk yang semakin bodoh, tak punya waktu untuk berpikir mencari solusi sendiri, hanya berpikir selalu mencari pertolongan dan sekali lagi kecewa kan bersarang.
Pada hari Ibu aku tersadar, bahwa hidup pada dasarnya adalah kesendirian, sekitar hanyalah aksesosis yang jangan pernah terlalu berharap akan memperindah kesendirian itu, dan dengan mengenang hal itu air mataku tak tumpah ketika melihat orang yang paling kucintai terbaring lemah di ranjang putih rumah sakit, sementara sang Aveo tak mau berkompromi denganku, ia bermasalah untuk yang pertama kali namun bertepanan dengan saat kesendirian, tanpa ada satupun tempat meminta pertolongan, aku berusaha untuk tersenyum, berusaha mengatasi semuanya sendiri.
Aku menyetir Aveoku dalam diam, melarikannya dengan kecepatan maksimum dan kehati-hatian ekstra agar tak ada satu getaranpun yang akan semakin menmbah rasa sakit di tubuh letih orang yang paling ku cintai. Samar ku lihat senyumnya, aku tau ia ingin sekali bertanya kemana kecenganganku selama ini? Tapi ia urungkan semua tanya di hatinya menghargai keberanianku kali ini.
Ternyata aku bisa melalui semua ini dengan baik, Tuhan membuatnya terasa ringan dan cepat berlalu, bahkan aku bisa tersenyum manis membawa bunga peringatan hari ibu, senyuman yang kupakai untuk memupus seluruh kesedihanku pagi ini, Terimakasih Tuhan telah tunjukan padaku bahwa tak semua yang terlihat adalah kenyataan, dan hal itu terbukti dengan telepon yang tak berbalas setelah mendengar aku terjebak dalam salah satu skenario hidup yang bernama kesulitan.
Cinta…
Semua rintangan dapat kuatasi dengan cintamu, aku tak butuh pertolongan siappun jika ada cintamu, seberapa sulitpun kakiku melangkah aku pasti akan menyusuri hidupku hingga tuntas. Sekali lagi hanya perlu kau dan keluarga kecil kita.