Nurani adalah cermin yang paling jujur walau terkadang kita berusaha untuk membuaramkan pantulannya, namun sekeras apapun kita berusaha bayang-bayang kejujuran itu akan tampak juga.
Itulah ucapan seorang sahabat yang tak aku lupakan, aku mengenang kalimat itu sebagai kalimat “cinta” seoarang sahabat yang ia goresakan pada sepotong kertas yang ku temukan secara tak sengaja di lipatan bukunya. Ternyata sahabat yang ku kenal dingin dan pendiam itu punya kemampuan meramu kata-kata menjadi kalimat yang indah. bahkan kala itu kalimat itu begitu menohok hati, seolah ia ingin aku jujur pada hatiku, bahwa ini lah kenyataan yang ada dan jangan pernah lari darinya.
Sebagai anak SMA biasa bahkan cendrung marjinal, aku adalah pribadi yang amat anti sosial, tak punya banyak teman, sangat individualistis, kesepian dan ingin lekas-lekas lari dari kenyataan, karena hidup kurasa tak ada indahnya dalam kaca mata remajaku,
Aku orang yang Tuhan anugrahi begitu banyak perbedaan dari manusia normal pada umumnya, bahkan sahabatku pernah bergurau yang lagi-lagi kurasa benar adanya. “ mungkin partikel-partikel itu tak pernah sampai padamu karena tertutup gelombang elektromaknetik orang-orang istimewa yang berada disekelilingmu” aku tersenyum saja kala itu, tapi jauh di lubuk hati aku berucap salah satu medan elektromagnetik itu adalah engkau sahabat, engkau terlalu istimewa sehingga, orang “berbeda” seperti aku akan tampak semakin aneh jika berada disisimu.
Itulah mungkin alasan kenapa aku memilih menjauh darimu, memilih menatapi kolam teratai saja saat bel istirahat berbunyi,tak lagi menanti datangnya surat-surat pembangkit semangat yang biasa terselip di laci meja kusamku, tak lagi menanti disket-disket berisi pertanyaan-pertanyaan yang kerap mengelitik dan membuatku ingin “sembuh”
Sahabat, satu-satunya yang tersisa dari memory masa SMA ku adalah engkau, orang yang selalu ingin kujajaki hatinya namun tak pernah ada jalan untuk memasukinya, engkau selalu menyediakan dirimu untuk semua keluh kesahku tapi tidak pernah “mempercayai” aku untuk menyimpan nestapamu. Sehingga dimataku kau adalah manusia yang paling bahagia. Hingga kini bahkan.
Mungkin pada saat itu engkau lebih memilih menyapaikan isi hatimu pada sepotong puisi atau cerpen-cerpen indah yang kau tulis dengan metafora yang indah, hanya saja aku terlalu naif untuk dapat membaca apa yang bersembunyi di palung hatimu. Sekali lagi aku aku bertanya pada hatiku, pantaskah aku mengkleim diri sebagai sahabatmu?
Begitulah aku yang teramat sibuk dengan diri sendiri, hingga mungkin melupakan bahwa kau juga manusia biasa yang tentunya punya perasaan sedih, gembira, hampa bahkan nestapa. Dan sekali lagi aku tak pernah mampu membaca hatimu.
Aku yang pada akhirnya memilih sendiri dan kau pun lamat-lamat menjauh dariku,hingga akhirnya kita hanyalah dua orang asing yang tak pernah saling mengenal. sungguh itu bagian terpilu masa SMA ku, kehilangan satu-satunya orang yang mampu membaca alur pikirku yang tak biasa. Mulai saat itu akupun semakin mencintai kolam teratai di sekolah kita, kala menatap kuntum-kuntum teratai, aku seperti menemukan dirimu disana, terpuruk di rawa yang kabut namun tetap saja indah.
Jumat, November 28, 2008
Senin, November 24, 2008
Pada Suatu Ketika....
Seperti Kunang- Kunag yang kini amat langka ku temui menebur cahaya pada malam yang kelam, seperti itulah kisah ini timbul dan kemudian tengelam dalam benakku, pernah pada suatu ketika ia muncul bagai badai yang memporak porandakan seluruh relung hati, namun sesaat kemudian pergi lagi tak berbekas, Seperti ribuan tahun yang berlalu dan kemudian mengubah sebuah objek yang terus berevolusi menjadi sesuatu yang tak lagi dikenal, namun ternyata di setiap kehidupan menyimpan tandanya sendiri, seperi gen yang kuwarisi dari kedua orang tuaku, yang akan tetap menjadikanku dikenali sebagai seseorang dari rumpun keluarga ku.
Kenangan biarpun dipotong-potong menjadi bagian terkecil bahkan dikubur di palung terdalam bumi tetaplah menimbulkan sebuah jejak, terlepas apakah jejak itu sesuatu yang bernilai indah atau sebaliknya. Menghargai kenangan adalah menghormati perjalan hidup yang Tuhan gariskan. karena tanpa "IYA" Nya tiadalah mungkin suatu pertemuan akan terjadi dan melahirkan sebuah persambungan kehidupan, mungkin untuk itulah orang-orang sukses dan ternama membuat kerap membuat Biografi agar ia dapat menyadari seberapa jauh sang kehidupan telah membawa kakinya melangkah.
Ada yang memutuskan untuk kembali bernostalgia pada kenangan, ada pula yang memutuskan untuk menceraikan kenangan dan terus saja berlari tiap berjumpa dengan objek kenangan, sungguh terkadang manusia punya caranya sendiri untuk memperlakukan kenangan, tak peduali seberapa banyak sebetulnya kenangan itu punya potensi untuk menyakitinya kembali atau justru kenangan itu punya potensi memeberikan pelajaran terbaik dalam hidupnya.
Banyak sekali yang diperlakukan sebagai objek tak dikenal akibat perubahan iklim dan cuaca, dan tak ada yang patut dikomentari dari gejala itu, hanya saja pernah terlintas dalam mindaku yang sempit, mengapa kita tak dapat menjalani dunia kita seperti layaknya sungai yang tak henti mengalir dan sementara ditempat lain sebuah danau terhampar dengan tenang, hei...berdamailah, berdamai dengan semua jenis kenangan.
Bila pada suatu ketika sang waktu berkenan untuk memeutar arahnya,sehingga mengantarkan pada sebuah De Javu, perlihatkanlah sebuah dunia diamana segala sesuatunya berputar pada orbitnya, dan keculai Tuhan Menitahkan hal yng berbeda , tiadalah mungkin sesetu berputar dari orbitny untuk menggangu perjalanan yang lain. Tuhan telah mengariskan segala sesuatunya atas hidup seseorang.
Kedamaian yang mungkin banyak dicari manusia sesungguhnya adalah kedamian dalam menerima diri beserta seluruh hal yang mengikat padanya, karena itu tersenyumlah pada masa lalu, kini dan hari esok.
Langganan:
Postingan (Atom)